Ane tidak tahu sih ini sebenernya pengetahuan publik atau mmemang jarang diketahui, tapi sepertinya masih banyak yang tidak tahu seperti apa gangguan pendengaran itu, pun kalau tahu hanya sesederhana 'tuli' atau 'gabisa denger' kalo dari yg ane lihat di pengalaman sehari-hari. Rasanya jarang juga pembahasan soal ini di pengetahuan umum, beda dengan mata rabun yang selalu ada di buku pelajaran. So be it, ane coba jelasin dikit-dikit, seperti apa punya gangguan pendengaran itu. Sekalian sharing-sharing juga.
Ringkasan gangguan pendengaran
Gambar di atas merupakan diagram audiometri, yang biasanya dipakai sebagai patokan dalam melakukan tes pendengaran. Bagian vertikal menandakan desibel (Db), yaitu volume suara, keras atau kecil. Makin rendah desibel, makin kecil juga suara. Untuk bagian horizontal adalah frekuensi suara. Frekuensi rendah umumnya seperti suara mobil, suara laki-laki, dan tetesan air, kalau frekuensi tinggi itu seperti suara bisikan, angin, peluit. Detailnya bisa dilihat di grafik di atas.
Kalau diperhatikan, di grafiknya ada gambar pisang yang di dalamnya ada huruf-huruf. Itu "Pisang Huruf" disebutnya. diberi tahu di situ, huruf atau konsonan terletak di bagian mana saja. Jadinya, kalau misal gangguannya melebihi pisang tersebut, bisa jadi orang tersebut tidak dapat mendengar salah satu huruf, tapi bisa mendengar huruf lainnya. Ini bisa berakibat kebingungan dalam percakapan.
Pengecekan audiometri biasanya dilakukan dengan berbagai macam frekuensi. Jadi di frekuensi sekian bisa dengar paling kecil berapa desibel? frekuensi tinggi berapa desibel? nah artinya adalah, bisa jadi seseorang dapat mendengar frekuensi rendah, tetapi tidak bisa mendengar frekuensi tinggi. Itu pun bisa jadi telinga kiri dan kanan memiliki hasil yang berbeda.
Kompleks kan? ini contohnya.
Untuk garis biru adalah hasil audiometri telinga kiri, dan garis merah adalah hasil audiometri telinga kanan. Bisa dilihat, kedua telinga masih masuk ke kategori normal atau gangguan ringan untuk frekuensi rendah, tetapi untuk frekuensi tinggi sudah mulai masuk gangguan tingkat menengah. Bahkan, untuk telinga kanan masuk ke gangguan berat.
Efeknya ke Kehidupan Sehari-hari
Ane coba share pengalaman pribadi saja kalau ini ya, dari yang ane rasakan.
Untuk pengalaman sehari-hari, ane paling kerasa di obrolan. Kalau ngobrol itu, ane perlu fokus atau ngobrol cuma dengan sedikit orang. Tapi itu juga, kalau misal ngobrol pada cepet-cepet atau suka rame gitu, ane bingung ikutinnya. mau balas juga bingung pada ngomong apa. Gimana ya, ane dengar, tapi ane kayak ga mengerti pada ngomong apa. Makanya kadang kurang demen juga kalo ngobrol rame-rame. Kadang pun kalau ngobrol berdua atau dengan sedikit orang, ane masih suka minta ulangi kata-katanya. Ditambah dengan harus fokus yang intens, ane gampang capek.
Untuk suara biasa, tidak semua suara ane bisa dengar. Ane bisa dengar suara kendaraan, suara TV (walau kadang tidak mengerti maksudnya apa), tapi kalau tidak pakai alat, ane tidak bisa dengar suara cicit burung, sungai, kadang suara orang ngocok telur juga tidak dengar. Kadang serba salah kalo jelasin tidak bisa denger suara burung, tapi bisa denger suara obrolan. Karena yang ane tangkap, orang awam mengira gangguan pendengaran cuma suaranya jadi lebih kecil saja. titik.
Yang ane khawatirkan, gangguan pendengaran ini juga berpengaruh ke penurunan kognitif, yang mungkin juga bikin ane kadang suka tidak mengerti pada ngomong apa, atau kalau mengerti pun, perlu cerna dulu arti kata-katanya apa. Tapi kalo baca bisa langsung mengerti.
Ditambah dengan musim WFH sekarang, video call sering dilakukan untuk diskusi. Kalau sudah begini, tergantung kondisi. Ane biasanya mengatur speaker volume 100% dan telinga yang sudah dipasang ABD di dekat speaker. kadang mengerti, kadang juga tidak. Kenapa tidak pakai headset? Terlalu lama pakai headset bisa bikin telinga ane sakit. Kalau sudah sakit, biasanya pendengaran ane jadi makin down seharian. Jujur, bahaya terlalu lama pakai headset itu nyata adanya.
Positifnya, karena memengerti bagaimana punya gangguan pendengaran, ane jadi lebih sabar dalam mendengarkan orang yang lebih tua yang memang sulit sekali mendengar. Kadang kalau ngomong ke mereka dikencangkan volumenya atau diperlambat biar bisa didengar mereka. Karena, yah, ane tahu rasanya. Beda mungkin sama orang yang jarang mengetahui soal ini, biasanya jadi mudah kesal atau greget kalau bicara sama ane atau ane minta ulang.
Kenapa begitu? Beda dengan orang yang punya rabun (yang bisa kelihatan karena pakai kacamata), gangguan pendengaran tidak gampang ketahuan. Atau mungkin tepatnya, jarang yang berpikir "orang yang susah dengar itu ada gangguan pendengaran". Bahkan seumur-umur kuliah dan kerja, ane tidak pernah ketemu orang yang memang punya gangguan pendengaran. Mungkin ada, tapi tidak kelihatan. Padahal ini efek sampingnya lebih besar sih dibandingkan rabun.
Ini mungkin juga disebabkan karena mahalnya Alat Bantu Dengar (ABD) itu sendiri. Kalau misal kacamata bisa dibeli, 200 ribu juga dapat (bahkan lebih murah). ABD paling murah itu bisa 5 juta, dan itu hanya untuk 1 telinga. Bukan mau komplain kenapa tidak ada ABD murah, memang susah ABD murah, karena alatnya pakai mesin.
Ane sekarang sedang memikirkan bagaimana cara agar ada tanda yang memberitahu kalau seseorang punya gangguan pendengaran, mengingat komunikasi itu sebagian besar dengan lisan, informasi seperti ini penting sih untuk dikomunikasikan. Kan enak ya orang yang pakai kacamata kelihatan kalau dia punya rabun, kalau orang yang kurang pendengaran komunikasinya pakai apa? ABD? kalau ABD-nya tersembunyi di balik kerudung? tidak kelihatan.
Kalau dipersingkat, kondisi punya gangguan pendengaran itu seperti tengah-tengah antara tuna runggu dan pendengaran normal. kalau tuna runggu tidak bisa mendengar sama sekali, jadi komunikasinya lewat isyarat. Kalau orang biasa bisa mendengar seutuhnya. Nah gangguan pendengaran tengah-tengah. Di satu sisi bisa dengar, tapi di sisi lain tidak bisa dengar. Galau kan? sama ane juga. Ane tidak mengerti bahasa isyarat soalnya.
Ane harap penjelasan ane yang super tidak jelas ini bisa menambah pengetahuan teman-teman tentang ganggaun pendengaran. Juga jadi lebih mengerti bagaimana rasanya memiliki gangguan pendengaran itu.