image-logo
Bulan ini banyakan soal refleksi tentang perasaan, dan bahas pulpen.
post
/post/catch-up-juli-24/
Catch Up Juli 2024 (Kompleksitas perasaan manusia)

Catch Up Juli 2024 (Kompleksitas perasaan manusia)

Waktu januari, aku iseng-iseng beli pulpen Ballsign ID Plus. Waktu itu belinya yg 0.4mm, karena warna putih cuma ada itu aja. Suka sama pulpennya, halus dan enak buat nulis. tapi 0.4mm terlalu tipis buat aku. Dan kemudian pulpennya rusak, jatoh. Aku cari-cari di Paperclip, kali ada refillnya. Eh ada dong, dan ada yg 0.5mm. Tentunya aku beli yg itu, dan bener dong, pas banget sama kebutuhanku. nyaman dan enak buat nulis lama. So far, udah ada 3 draft tulisan yang kutulis pakai pulpen itu (tentunya belum dipublish; masih kudu pindahin manual dulu ke komputer).

Bicara soal draft tulisan, aku mulai biasain lagi bikin draft lewat buku, kemudian dipindahin ke PC sekalian editing. Dan overall, prosesnya emang jauh lebih enak sih. Lebih ngalir ketika menumpahkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan. Efeknya cuma lebih lama aja sih jadinya buat publish, karena prosesnya makan waktu yang lebih lama juga. Tapi yah, kalau tulisannya jadi berkembang kualitasnya, bagus juga kan?

Anway soal refleksi, bulan ini bisa dibilang banyak merefleksikan soal perasaan. Aku merefleksikan, kalau perasaan manusia itu kompleks sekali. Maksudku, kita bisa merasa sedih, senang, haru di satu waktu yang sama bukan? Ironisnya, karena kompleksitas perasaan manusia ini, manusia tidak akan mungkin menjadi makhluk sempurna. Kita tidak bisa jadi seperti robot. Tapi di satu sisi, itulah keindahan manusia. Perasaan tersebut membantu kita untuk lebih memahami satu sama lain.

Minimal, itu yang aku rasakan dari refleksi ini.

Dan artinya, kita tidak punya pilihan selain menerima kompleksitas perasaan yang kita miliki ini. Menerima perasaan yang dirasakan. Kalau bukan kita sendiri yang menerima perasaan kita, lantas siapa lagi?

Ini juga yang jadi poinku; dengan menerima perasaan, kita bisa lepas dari perasaan tersebut sepenuhnya, atau berdamai mudahnya.

Untuk bulan ini, aku mulai banyak baca buku lagi. Kebetulan nemu banyak buku menarik di rumah. Salahsatu highlight buku terbaik bulan ini adalah "The Gift of Imperfection" Oleh Brene Brown. Buku itu juga yang jadi inspirasiku untuk menulis refleksi tentang perasaan manusia di paragraf atas.

Penulis: Riza Kariza