Dalam hidup, umumnya terdapat dua jenis masalah:
- Masalah yang bisa kita ubah, dan
- Masalah yang tidak bisa kita ubah.
Masalah yang bisa diubah, adalah yang penyelesaiannya bisa kita usahakan. Contoh: kondisi fisik (Berat badan), akademis (Nilai). Sedangkan masalah yang tidak bisa diubah, umumnya adalah hal eksternal yang tidak bisa kita apa-apakan. Seperti bencana alam dan perubahan jadwal mendadak.
Jika ditelaah sedikit, terlihat kalau masalah yang bisa diubah itu ada pada internal diri kita, dan yang tidak bisa eksternal. Namun, apakah selalu begitu?
Jika misal ada bos yang menyiksa kita, itu masalah eksternal, tetapi masih bisa kita ubah dengan melaporkan atau keluar dari kantor tersebut. Begitu juga, Jika misal kita memiliki cacat fisik, itu internal, namun tidak bisa kita ubah.
Contoh lagi. Kalau kita dapat tugas banyak dari kampus, lalu kemudian stress dan depresi, apakah itu masalah yang bisa diubah atau tidak? Satu sisi, tidak bisa diubah karena faktor dari kampus. Tapi di sisi lain, depresi yang dialami bisa hilang kalau misal kita menyicil tugas yang ada.
Itulah masalah yang samar; yang sekilas terlihat tidak bisa diubah, namun nyatanya mungkin diubah. Atau masalah yang kita kira bisa diubah, namun ternyata tidak bisa.
Sebenarnya rumus dari masalah ini sederhana: bahwa Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya. Artinya, masalah yang kita kira berat atau tidak bisa diubah, bisa jadi bisa diubah.
Contoh tugas sebelumnya; Oke kita stress dan depresi karena tugas tak kunjung selesai. Namun, kalau kita meluangkan waktu dan berusaha untuk menyelesaikan tugas tersebut (yang merupakan akar masalah dari stress kita), maka lama-lama tugas tersebut menjadi sedikit, dan pikiran kita bisa lebih fresh karena tugas sudah selesai semua.
Artinya, kita harus menghadapi akar atau sebab dari masalah kita, jika ingin menyelesaikan masalah, Dan inilah yang sejatinya berat. Berat, karena menyelesaikan akar masalah terkadang butuh usaha dan keringat untuk diselesaikan. Okelah di akhir akan hilang semua, tapi ini berat, dan menyakitkan.
Banyak orang yang lebih fokus untuk menyelesaikan akibatnya. Sehingga masalah tersebut tidak kelar-kelar. Contoh di perumpamaan tugas. Kita fokus hanya di stress saja. Untuk menghilangkannya, kita healing terus-terusan. Walau stressnya bisa hilang setelah healing, tetapi sumber masalahnya (yakni tugas) tetap menumpuk. Alhasil, efek dari healing ini hanya sementara, dan cepat atau lambat stress kita akan kembali lagi. Malah, mungkin healing non stop ini membuat masalah baru, misal uang habis karena terlalu banyak jajan.
Lalu bagaimana kalau misal masalah yang dari luar kita lihat tidak bisa diubah? seperti cacat? Kalau ini, satu solusi: Ubah sudut pandang kita.
Kalau misal kita ingat, bahwa Allah Maha Adil, maka kita akan sadar, kalau misal kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Mengingat kelebihan dan berkah yang Allah berikan ke kita, membuat kita bersyukur karena banyaknya berkah yang sebenarnya Allah berikan ke kita.
Bahkan Rasulullah sudah memberi petunjuk untuk hal ini: Lihat orang di bawah kita dalam hal dunia, maka kita akan bersyukur.
Dan bahkan, jika kita melihat bahwa 'cacat' yang orang lain katakan tentang kita sebagai bagian dari diri kita sendiri, maka hilang sudah masalah tersebut. Karena kita melihat hal yang orang lain kira masalah, sejatinya bukan masalah untuk kita.
Kuncinya adalah meningkatkan toleransi. Jika kita mentolerir masalah yang kita hadapi, terutama masalah eksternal, hati kita akan menjadi lebih tenang.
Pada akhirnya, memang masalah bisa dibagi dua; yang bisa kita ubah dan tidak bisa kita ubah. Namun pada praktiknya, sebagian besar masalah yang kita hadapi bisa diubah; entah kita selesaikan akar masalahnya dengan cara yang berat, atau bahkan ubah sudut pandang dan meningkatkan toleransi sehingga masalah tersebut tidak lagi dianggap masalah.
Jika kamu sedang menghadapi masalah, coba tanya jujur ke diri kita sendiri:
"Apakah masalah ini memang sebuah masalah? Kalau iya, apa sebab utamanya?"
Semoga kita bisa mendapat hikmah dan kemudahan untuk bisa membedakan keduanya, dan memiliki hati yang lebih lapang untuk menyelesaikan segala masalah yang kita hadapi.