image-logo
.Belanja 3 tahun
post
/post/hasil-review-belanja-online-selama-3-tahun/
Hasil Review Belanja Online selama 3 Tahun

Hasil Review Belanja Online selama 3 Tahun

Berpikir jangka panjang dan investasi untuk hal tersebut adalah modal yang paling penting.

Ane lagi kepo karena salah satu pengeluaran terbesar ane dari belanja online. Dari situ, ane iseng-iseng lihat ulang semua transaksi ane selama 3 tahun di satu toko online langganan ane. Kenapa 3 tahun? karena yang disediakan di toko online tersebut maksimal cuma 3 tahun.

Dari telaah ulang riwayat tersebut selama 3 tahun, banyak barang yang ane beli ternyata. Banyak banget sih tepatnya. Tapi banyak juga yang ujung-ujungnya dibuang atau disedekahkan, karena barang-barang tersebut ane beli dan cuma senang pakai di awal saja, tapi ujungnya tidak dipakai. Kalau boleh jujur, banyak juga alasan beli dari awalnya itu karena ane cuma ingin sekilas, lalu dipanas-panasi. Contoh, ingin barang A, cuma antara ragu atau gimana. Terus akhirnya terus-terusan googling Should you buy A? jadi seperti kepo-kepo gitu, tapi jadi pengaruh bikin ane beli. Padahal kalau jujur banyak yang sebenarnya ane di dalam hati tahu kalau ane kurang suka barang tersebut atau paling hanya terpakai di awal-awal saja.

Di luar perkiraan, justru barang yang ane beli dadakan dengan keputusan dadakan juga yang malah terpakai lama. Bukan impulsif tapi, melainkan dadakan. Misal dulu, ane pernah beli Wi-Fi router. Sempat ragu, tapi insting bilang "beli aja", akhirnya beli. Awalnya niatan beli biar bisa main game online di kamar, karena kamar ane tidak sampai Wi-Finya. Tapi ujungnya, Wi-Fi-nya dipakai juga kalau misal ane kerja di kamar, jadi kepakai juga dan bisa untuk jangka panjang.

Ada pola unik yang ane temukan di riwayat 3 tahun itu. Beberapa kerugian ane banyak yang dari beli barang 2 kali.

Jadi ane punya kebiasaan buruk untuk kompromisasi keinginan diri sendiri. Ketika yang diinginkan tidak ketemu atau terlalu mahal. Karena suka tidak sabar atau karena sayang dan mikir 'ngapain beli mahal?' akhirnya ane sering beli murah. Tapi ujungnya, ane malah beli barang yang awalnya ane ingin (yang lebih bagus itu), karena sebagian barang tersebut (yang murah) justru tidak memiliki fitur yang ane butuhkan. Dari situ, akhirnya ane jadi beli 2 kali. Padahal ya, kalau misal ane tidak menyerah, sabar, dan percaya dengan insting ane walau beli barang yang sedikit lebih mahal, dalam jangka panjang itu jadi lebih murah karena ane tidak beli 2 kali.

Ane jadi ingat cerita ibu ane soal "Investasi" beliau. Ane tidak bisa bilang investasi apa, tapi intinya, investasi tersebut kalau misal dilihat dari jangka pendek, dia rugi, tapi kalau jangka panjang (5 - 10 tahun), untung. Ane jadi sadar, kadang kita tidak bisa lihat sesuatu tersebut dengan jarak pendek saja. Kalau misal target kita keuntungan, harus lihat jangka panjang, karena yang jangka pendek itu kadang semu.

Moral dari artikel ini adalah, entah ane tidak kepikiran mau sharing moral apa. Cuma mau membagi-bagi pengalaman saja. Mungkin saja bisa bermanfaat biar kalian yang baca-baca bisa iseng inspeksi riwayat belanja online. Bisa jadi kan, ternyata banyak barang yang dibeli cuma karena diskon atau impulsif? Ya kalau ingin sih, kalau tidak ya tidak masalah.

Penulis: Riza Kariza