image-logo
Kapan terakhir kali kita berbicara dengan hati kita sendiri? mengungkapkan perasaan kita dengan jujur, apa adanya?
post
/post/jujur-kepada-diri-sendiri/
Jujur Kepada Diri Sendiri

Jujur Kepada Diri Sendiri

Kapan terakhir kali kita berbicara dengan hati kita sendiri? mengungkapkan perasaan kita dengan jujur, apa adanya?

Kapan terakhir kali kita membuka tameng perasaan kita, dan membiarkan perasaan tersebut keluar apa adanya? Walau ternyata, perasaan yang dirasakan tersebut bukanlah perasaan yang indah.

Terkadang, cara mudah untuk melegakan perasaan kita sendiri, adalah dengan menerimanya. Ironisnya, terkadang kita sendirilah yang tidak menerima perasaan yang kita miliki sendiri. Entah dengan alasan 'kesempurnaan' atau 'tidak keren'. Kemudian akhirnya kita lari, lari jauh-jauh dari perasaan yang kita miliki tersebut; entah itu melalui sumber eksternal seperti makan, atau melalui sugesti internal dengan mengabaikan perasaan tersebut, dan menyugesti diri kita sendiri dengan perasaan-perasaan yang menurut kita harusnya dirasakan, bukan yang saat ini kita rasakan.

Sayangnya, perasaan tersebut, makin ditolak akan makin berontak, makin tidak terkontrol. Hati yang tidak kuat menanggung perasaan tersebut, menjadi sakit, lalu meledak. Diri yang sekuat tenaga bertindak yang seharusnya, walau itu bertolak belakang dengan hati sendiri.

Dan ini melelahkan. Sangat melelahkan.

Yang padahal, ini bisa dengan mudah diselesaikan jika kita mau jujur dengan diri kita sendiri. Lupakan asumsi bagaimana mestinya kita merasa dan bertindak, lupakan sementara pikiran 'apa kata orang'; rasakan dulu saat ini, apa yang hati kita rasakan.

Apakah sedih? senang? kecewa? gembira? rasakanlah, dan jujurlah. Jika sudah, terimalah perasaan tersebut. Terimalah setiap aliran emosi yang keluar dari hatimu sendiri.

Jika ternyata itu emosi buruk, dan kau berusaha mengarahkannya yang lebih baik, lakukanlah. Namun, jujur ke diri sendiri. Mengubah perasaan tanpa sebelumnya jujur terhadap perasaan kita sendiri, akan sulit.

Dan merasakan perasaan tersebut, itu manusiawi. Tidaklah hina memiliki perasaan tersebut, karena kita memang manusia yang tidak sempurna. Menolak perasaan kita sendiri, sama dengan menolak esensi dasar kita sebagai manusia.

Jadi, jujurlah. Hati kita akan sangat berterima kasih kepada diri kita jika kita jujur, dan menerima perasaan tersebut.

Penulis: Riza Kariza