Khawatir itu sebenarnya hal yang wajar. Orang bisa saja khawatir jika sedang panik atau ketakutan. Tetapi segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, bukan?
Ane kadang suka khawatir dengan banyak hal. Misalnya khawatir tidak dapat mengelola waktu dengan baik, khawatir akan masa depan mau ke mana, khawatir jika lama-kelamaan produktivitas diri mulai menurun seiring bertambahnya umur dan kesibukan. Iya ane khawatir nasib blog ini nggak bertambah tulisannya, walaupun udah rencana membuat tulisan baru dan sudah bikin sederet judul di onenote (walau emang baru judul doang sih, belom ada isinya).
Tapi memang, ane pribadi merasa produktivitas mulai menurun dibandingkan dulu. Apa efek sudah tua dan banyak kesibukan? Tetapi malu juga sih kalau alasannya begitu, karena banyak orang yang dapat menghasilkan karya dan dapat produktif walaupun sudah tua.
Khawatir sih kalau produktivitas menurun, tetapi jika dilebih-lebihkan, rasanya tetap kurang baik. Ya mungkin penting, tetapi jika dikhawatirkan secara berlebihan, rasanya tidak wajar. Karena menurut ane, berkarya memang bagus, tetapi beribadah kepada-Nya, mendekatkan diri dan menambah ilmu, itu lebih utama dibandingkan berkarya. Karena karya yang dihasilkan tanpa ilmu, hanya akan menjadi karya yang hampa.
Hampa, karena walau terasa manis, tetapi beracun.
Kadang ya, khawatir begini bisa bikin ane atau mungkin orang lain lupa tujuan awal. Menjadi alasan dibalik seringnya orang melenceng dari tujuan awalnya : kekhawatiran berlebihan. Karena jika memang ingat tujuan awal, maka akan melakukan sesuatu dengan baik dan tenang. Tidak digalaukan dengan hal-hal kecil yang dapat mengkhawatirkan. Lagipula, terlalu berlebihan juga tidak baik, bukan?
Kudu belajar jaga hati, agar ketika rasa khawatir ini datang, maka ia tidak termakan rasa tersebut sehingga menjadi berlebihan yang bisa membahayakan.
(Nota buat diri sendiri juga sih ya iniā¦)