image-logo
Untuk memiliki hobi, tidak harus komit 100% dan jago seperti ahli, karena dasarnya hobi itu untuk dinikmati.
post
/post/memiliki-hobi-tapi-tidak-jago/
Memiliki Hobi namun Tidak Jago

Memiliki Hobi namun Tidak Jago

Waktu awal pandemi, Ane banyak bikin rencana untuk tulisan. Misal ngeblog Seminggu sekali, atau gambar Sehari 1 gambar.

Abis baca artikel ini, yg isinya tentang, gampangnya, hobi yang makin kesini makin serius, sampai bisa disamakan sebagai bentuk produktivitas lainnya (jadi bukan buat relaksasi lagi).

Ini bikin ane mikir, kalau misal kita membuat hal-hal diluar kewajiban sehari2 (karir, sekolah, atau tanggung jawab), sebagai bentuk pencapaian juga. Maksud ane, kenapa harus serius gitu? yang ada malah bikin makin stress, bukan makin rileks dan fresh sesuai tujuan utama hobi.

walau kalau jujur, semua pasti ada sebabnya sih. Sebagai contoh, kita bisa lihat teman-teman IG kita pada posting yang postiif-positif, dan melihatnya, kita merasa ga mau kalah. Akhirnya kita coba juga kreatif, melakukan hobi yang bagus. Tapi ini jadi berefek buruk ke kita, karena kita malah jadi melakukan hobi ini karena 'terpaksa'. Yes, terpaksa melakukannya karena mau terlihat cakep, terlihat rajin. Akhirnya ini malah jadi beban tambahan ke kita biar kelihatan 'rajin'. Tapi kalau dari batin sendiri, kita ga tau apa manfaatnnya untuk kita.

Ini juga kyk di buku tentang Bullet Journal ya, dimana banyak yang mementingkan estetik dibandingkan manfaat. Banyak orang yang memilih untuk melakukan ide baru, atau tips baru (termasuk hobi), melakukannya karena 'cakep' atau kyknya bagus. Tapi sebelum melakukannya, kita lupa tanya ke diri kita sendiri: Apa manfaatnya untuk kita?

Ini juga berimbas ke masa dimana kita ngerasa "gw kok udh coba commit, tapi gabisa konsisten?" Jadi cuma di awal2 aja. Kita rencana mo commit, tapi kaga jadi2. Karena hobi itu kudu "easy to do" tanpa banyak hambatan, dan juga enjoyable buat kita. Jadi kudu rutin dulu baru mulai nulis, baru beli tools2nya ketika butu. Bukan beli tools dulu biar rutin. Umumnya, ini juga karena kita kumpulin dulu baru commit, dan karena merasa (kyknya perlu tools ini biar bisa kyk ahli).

Penulis: Riza Kariza