Terkadang kita merasa tidak menerima atas kekurangan yang ada di dalam diri kita. Rasanya ingin kabur, berusaha menyembunyikan kekurangan tersebut dengan hal-hal positif di dalam diri kita. Walau begitu, sekeras apapun kita berusaha, terkadang ada saja keterbatasan yang tidak dapat kita lewati. Perumpamaan menunjukkan harum dan keindahan mawar agar orang-orang menyukai kita, tetapi di saat yang sama, hal tersebut tidak bisa menutup duri yang ada pada tangkainya.
Duri kekurangan, yang bisa membuat orang enggan mengambilnya.
Ketika tidak berhasil, kita kecewa; kesal, kenapa diri kita memiliki kekurangan ini? Mengapa kita tidak bisa sempurna seperti orang lain, melakukan hal yang dapat dengan mudah dilakukan mereka? Mengapa kita tidak bisa melakukannya seorang diri, yang membuat kita harus menahan malu untuk meminta tolong ke orang lain yang lebih ahli? menahan malu karena takut orang-orang akan meremehkan kita, karena kita tidak sanggup.
Sejujurnya, kenapa kita tidak mengambil jalan yang sederhana saja, yakni menerima kekurangan kita? Menerima kalau ada hal yang tidak bisa kita lakukan sendiri, menerima ada hal yang lebih baik dilakukan oleh orang lain?
Mungkin kita gengsi, malu, atau terlalu angkuh merasa diri sanggup melakukan semuanya. Atau mungkin pikiran kita memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap hal yang kita sanggupi? Apapun alasannya, pada dasarnya semuanya kembali ke satu hal: tidak menerima kekurangan tersebut.
Terkadang kita tidak menerima kekurangan karena kita belum menerima diri kita sepenuhnya. Tidak hanya kekurangan kita, tapi juga kelebihan kita. Kita merasa kelebihan kita tidak ada harganya, sehingga kita merasa tidak cakap. Hal ini membuat kita sensitif terhadap kekurangan, membuat kita minder jika tidak bisa melakukan hal yang orang lain bisa. Mungkin ini juga sebabnya, kenapa orang dengan kekurangan permanen, baik fisik, mental, atau disabilitas lain, mudah merasa rendah diri; karena mereka tidak hanya berjuang menjalani hidup dengan kekurangan yang mereka miliki, tetapi juga mendorong diri terus-menerus agar dapat menerima kekurangan tersebut. Apalagi, keterbatasan mereka memaksa mereka untuk harus bergantung ke orang lain bahkan untuk beberapa hal yang umumnya bisa orang normal lakukan sendiri.
Setelah ane renungi, mungkin sebenarnya Allah memberikan kekurangan ini juga merupakan tanda sayang kepada kita, untuk menjaga kita dari rasa angkuh, dan membuat kita makin bersyukur. Soalnya, jika orang yang memiliki kekurangan berarti harus bergantung dengan orang lain kan? Kita diingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, tidak lepas dari membantu satu sama lain. Orang lain membantu kita atas kekurangan kita, dan orang lain pun juga dibantu oleh kita. Pasti ada satu dua hal yang orang lain merasa terbantu dari kita, walau hanya sekedar senyum dan berwajah ceria saja.
Mungkin sederhananya agar kita bisa melihat di tengah-tengah. Seperti itu.
Agar kita ingat, kalau menusia itu seperti mawar, ada harumnya, dan ada tajamnya juga. Walau begitu, kita tentu menerima mawar tersebut secara utuh, walau dengan duri yang dimilikinya. Maka kenapa kita tidak dapat menerima kekurangan kita?