image-logo
Apakah menjadi dewasa gerangan?
post
/post/menjadi-dewasa/
Menjadi Dewasa

Menjadi Dewasa

Kata orang menjadi dewasa adalah bisa mengendalikan diri sendiri,
Kata orang menjadi dewasa adalah simbol kematangan akal dan kepribadian,
Kata orang menjadi dewasa adalah dapat bertanggung jawab,
Jika diartikan, mungkin akan luas maknanya, tetapi Apa makna objektif dari dewasa?

Coba kita cek KBBI :

dewasa /de·wa·sa/ /déwasa/ a 1 sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi): *tarif pangkas rambut untuk orang dewasa berbeda dengan tarif untuk anak-anak;*

2 Tern. telah mencapai kematangan kelamin

3 ki. matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya): *cara berpikirnya sudah dewasa*

From http://kbbi.web.id/dewasa

Yang nomor 1 dan 2 memang lebih ke arah dewasa umur, tetapi yang nomor 3, Ane rasa ini yang paling mendekati makna dewasa secara personal. Sebab, dewasa tidak hanya dilihat dari umur saja, tetapi dilihat dari sikap dan akhlak individu tersebut. Dari akhlak dan sikap tersebut, akan tercermin bagaimana kematangan berpikir dan dewasa seseorang itu.

Ane kadang mikir, apakah dengan menjadi dewasa bisa membuat seseorang membiarkan orang lain? Sehingga jika mengetahui bahwa sesuatu itu salah dan banyak yang melakukannya, maka kita biarkan saja? Karena dalam banyak kasus, sepertinya banyak yang memilih untuk membiarkan orang lain dengan kesalahannya dengan dalih lebih berpikiran terbuka agar membiarkan orang lain dengan prinsipnya. Entah, Ane juga bingung, ya walau memang yang baik itu adalah berkata yang baik atau diam, bukan mencemooh, mencaci, atau menjelekkan di belakang. Daripada kesel tapi ga bisa bilang, mending dido'ain.

Menurut Ane, berpikir secara terbuka memang penting, mentoleransi perbedaan memang perlu, tetapi tentu ada batasnya. Segala yang terbaik ada di tengah-tengah, dengan Jangan terlalu berpikiran tertutup sehingga bisa membuat kita tuli dengan perkataan orang lain tanpa dicerna, dan jangan terlalu berpikiran terbuka sehingga membenarkan segala pandangan orang lain walaupun itu sudah menyentuh ranah prisip atau akidah misalnya.

Ujungnya pasti kembali ke tolak ukur kebenaran itu sendiri. Nah buat tolak ukur itu, harus objektif, Bahaya kalo subjektif. Juga, kebenaran harus dipahami dengan ilmu yang benar pula. Akan sulit jika melihat menilai kebenaran suatu hal, tetapi tolak ukur ilmunya adalah ilmu yang salah. Jika sudah menemukan tolak ukur kebenaran yang benar, tentu kita bisa bersikap secara dewasa dan tahu apa yang sebaiknya dilakukan.

Dari kebenaran ini juga bisa membuat kita memahami tanggung jawab yang benar. Apa tanggung jawab sebagai orang dewasa, sebagai hamba-Nya, terhadap diri sendiri, orang lain, dan keluarga juga. Ujungnya nanti di hari akhir, Kita akan dipertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Yang lebih utama dari itu, tentu pertanggungjawaban mengenai akidah kita. Ga mungkin kan, kalo ditanya soal akidah maka kita bakalan jawab dengan pemahaman masing-masing, padahal akidah yang benar itu dasarnya Cuma yang sesuai dijelaskan oleh Rasulullah?

Pada akhirnya, Ane masih belum menemukan definisi dewasa secara objektif, walaupun sampai diskusi sama Om Ane. Yah, memang definisi dewasa itu luas sih (dan semoga aja Ane memang jadi lebih dewasa secara benar). Dan ujungnya, kalo kata Om Ane, yang penting itu adalah masih memiliki kesadaran alias self-awareness. Bagaimanakah mau dewasa jika kesadaran dari diri sendiri aja nggak ada?

Penulis: Riza Kariza