image-logo
Karena penjahat juga manusia, makhluk hidup.
post
/post/penjahat-juga-punya-hati/
Penjahat Juga Punya Hati

Penjahat Juga Punya Hati

Tokoh antagonis itu, umumnya manusia.

Sama-sama manusia, seperti kita-kita atau tokoh utama dalam suatu cerita.

Hanya yang membedakan, tokoh utama itu baik dan antagonis itu jahat.

Begitu umumnya, sebuah stereotype yang ada.

Terkadang kita lupa, Tokoh antagonis itu, umumnya manusia.

Sama-sama manusia, seperti kita-kita atau tokoh utama dalam suatu cerita.

Juga sama-sama, memiliki hati. Memiliki perasaan. Memiliki rasa empati.

Aspek ini yang sering kita lupakan, baik dalam cerita atau kehidupan nyata. Yang umum, sekali jahat tetap jahat, apapun alasannya. Terkadang kita lupa, dibalik kejahatan mereka terdapat alasannya.

Contoh, Kuro dalam permainan "Ori and the Blind Forest". Dia menghancurkan cahaya di blind forest untuk menyelamatkan bayinya yang tinggal 1. Bayi lainnya? musnah terkena cahaya. Begitu kuat usaha Kuro menghadang Ori mengembalikan cahaya di hutan tersebut, hingga saat ia hampir menghabisi Ori yang jatuh setelah diserangnya, Naru, ibu Ori, datang. Ia menolong dan melindungi Ori. Tersentuh akan tindakan Naru, Kuro yang juga seorang ibu juga kemudian melakukan hal yang sebaliknya ia lakukan : mengembalikan cahaya hutan tersebut. Di saat yang sama, menghancurkan dirinya.

Itu, Empati.

Berbeda lagi pada permainan "Radiant Historia". Di kisah ini, Benua Vainqueur terancam hancur seluruhnya menjadi pasir. makhluk hidup, tumbuhan, tanah, semua terancam menjadi pasir. Untuk menghindari hal tersebut, keluarga besar kerajaan Granorg melakukan ritual tiap generasi untuk menunda kehancuran tersebut. Hanya saja, ritual ini memerlukan tumbal : seorang saudara kandung pelaksana ritual.

Tokoh utama permainan ini, Stocke, adalah saudara kandung pelaksana ritual. Tokoh antagonisnya adalah paman sekaligus atasan Stocke, Heiss. Keduanya sama-sama tumbal yang hilang. Heiss, lari dari tanggungjawabnya sebagai tumbal dan melihat cahaya keputus-asaan dari pelaksanaan ritual tersebut hingga memutuskan untuk menghancurkan dunia. Dunia ini tidak layak diselamatkan pikirnya. Juga untuk menyelamatkan Stocke, agar dia tidak dijadikan tumbal. Karena seputus-asapun Heiss, Stocke tetaplah keponakan tersayangnya. Sedangkan Stocke, sadar akan tanggungjawabnya sebagai tumbal dan melihat harapan. Harapan, untuk menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi.

Dua tumbal, dengan pandangan berbeda.

Ketika Heiss sudah kalah, dan Stocke bersiap untuk menjadi tumbal, Heiss yang tersentuh dengan resolusi Stocke memutuskan untuk menjadikan dirinya tumbal, kembali ke tanggung jawabnya.

Itu, Simpati.

Empati dan Simpati. Perasaan yang dimiliki makhluk hidup. Walaupun ia antagonis.

Tetapi sisi kemanusiaan ini, terkadang luput diperhatikan.

Dalam cerita fiktif, atau dalam hidup, kita suka lupa antagonis, tokoh jahat pun memiliki perasaan. Akibat dari ini, stereotip muncul. Memutlakkan, bahwa orang jahat selalu jahat. Sehingga tidak memberi kesempatan untuk memahami alasan mereka ataupun memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki diri mereka, memberi kesempatan mereka tuk berubah.

Penulis: Riza Kariza