Ane sangat bersyukur atas semua rezeki yang Allah berikan ke Ane, terkhusus lingkungan yang membiasakan budaya Islami. Keluarga Ane memegang teguh ajaran islam di kesehariannya. Ane SMA di boarding school. di Kampus Ane bertemu dengan orang-orang sepemahaman dalam hal agama (LDK). Sekarang, Lingkungan kerja Ane sangat lapang dalam hal batasan, sehingga Ane bisa lowong untuk tetap menjalankan syariat islam walau hanya sholat fardhu saja. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Mungkin karena biasa di lingkungan seperti itu, Ane merasa asing dengan lingkungan yang diceritakan banyak orang: Huru-hara dunia malam, minuman keras, bahkan hal sederhana seperti drama dunia kerja. Waktu kuliah Ane sering diwanti-wanti ibu Ane karena gaya pakaian Ane terlalu agamis. Katanya kalau di dunia kerja, tidak bisa pakai baju seperti itu. Ane disuruh membiasakan memakai pakaian yang lebih "gaul". Mungkin karena Ane kelewat ngotot kali ya Ane ga mau, Tapi alhamdulillah dunia kerja Ane ga bukan dunia yang seperti itu.
Makanya sekali melihat yang berbeda seperti itu, Ane agak terpana. Contoh yang paling sederhana dari sisi ini adalah sholat fardhu. Seperti yang Ane bilang sebelumnya, karena lingkungan sekitar Ane sudah biasa menjalankan syariat islam, Ane jadi merasa sholat wajib di Indonesia itu hal lumrah, jadi bayangan awal Ane juga sekitar Ane sholat semua. Walau kenyataannya, yah, tidak semua. Tidak sedikit yang sholatnya bolong-bolong.
Tidak cuma teman kantor aja sih, sepertinya orang Islam di luar negeri banyak yang seperti ini. Pernah waktu Ane iseng-iseng cari artikel dan tips soal Notion, ada orang yang salah satu kebiasaannya yang dicatat adalah sholat fardhu. Buat Ane yang dari kecil sudah dibiasakan sholat fardhu, hal itu sudah jadi kebiasaan mendarah daging yang wajib dilaksanakan dan tidak perlu pembiasaan lagi. Jadi ya Aneh aja gitu rasanya.
Tapi jujur, kalau melihat ada orang yang mendapat hidayah dan menjalankan syariat islam itu bawaannya senang. Melihat orang yang baru membiasakan sholat wajib lagi, ada teman yang mulai memakai jilbab, jadi ya seneng aja gitu. Walau hal-hal sepele dan fardhu seperti itu Ane alhamdulillah udah diberikan dari dulu. Kalau dilihat seperti permainan, Ane sudah level 50, tapi orang lain ada yang masih level 10, 20, dan waktu untuk naik levelnya berbeda-beda tiap orang. Ada yang lambat, ada yang cepat. Jadi baik perjalanan dan waktu untuk tiap orang juga berbeda-beda.
Yang paling utama sih dua ya yang Ane liat: satu, ini bisa jadi ladang pahala buat Ane. bisa jadi ternyata ada teman yang mendapat hidayah dari Allah melalui perantara Ane. Dan dua, hidayah tiap orang beda-beda. Seperti yang Ane bilang di atas, waktu untuk level up nya ada yang cepat, ada yang lama. bahkan sekedar ada non-islam yang mungkin tiba-tiba dapet hidayah jadi masuk islam, siapa tau aja kan?
Jadi ya semoga kita tidak berhenti baik dan mendoakan kebaikan untuk teman-teman kita. Aamiin