Pada hari yang lalu, Ibu Ane menceritakan soal saudara Ane yang mau nikah. Dia ingin membuat pesta pernikahan yang mirip-mirip dengan sepupunya (yang berarti juga sepupu Ane). Singkat kata, Ibu Ane bilang saudara Ane itu ribet. Ane setuju dengan ibu Ane.
Ane setuju kata ibu Ane karena tahu acara pernikahan yang dimaksud oleh saudara ane. Acara pernikahan seorang sepupu yang dilaksanakan di sebuah aula hotel besar. Dengan hingar bingar manusia yang memenuhi ruangan. Acara dipersiapkan oleh EO yang profesional. Pilihan makanannya amat banyak (yang sayangnya Ane ga nyobain karena keburu cabut). Intinya "wah" banget acaranya.
Ada lagi nikahan sepupu Ane lainnya. Sang pengantin wanita berjalan dengan anggun mengenakan gaun putihnya. Ia berjalan di atas karpet merah, menuju kursi pengantin. Dengan hiasan yang menawan dan musik latar yang langsung dibawakan grup musik sewaan EO yang profesional juga. Makanannya banyak dan enak, walau sayang kursinya tak seimbang dengan jumlah tamu. Dan jangan lupakan pahatan es bertuliskan inisial kedua pengantin, yang diukir dengan indah.
Kedua pesta yang "wah" tersebut, merupakan pesta yang tak terpikirkan di diri Ane. Sungguh keren. Dan kesan yang Ane dapat dari kedua pesta tersebut adalah : Kurang suka.
Bukan kurang suka dengan dekorasinya, bukan pula dengan pestanya, itu amazing walau Ane gak nyaman sama ramainya, yang ane kurang suka adalah pelaksanaannya itu sendiri. Ibu Ane cerita kalau pesta sepupu ane yang pertama memakan dana kurang lebih sampai 9 digit rupiah. Yang kedua malah lebih besar lagi biaya yang dikeluarkan. Kalo ane sih, uang segitu bisa untuk nyicil rumah atau beli mobil. Khan mayan buat keluarga di masa depan.
Terkadang heran aja, kenapa untuk sebuah acara pernikahan diadakannya amat sangat mewah seperti itu? Padahal acaranya hanya sehari atau dua hari saja. Jika berpikiran panjang, manfaat yang didapat dari acara besar seperti itu apa? Toh hanya dikenang di foto saja kan. Setelah itu, lewat dimakan waktu. Bukankah lebih bermanfaat jika biaya pestanya untuk investasi masa depan? Itu lebih bermanfaat Daripada menghamburkan uang yang sangat banyak dalam sehari. Lebih lagi, ingat kalau segala yang berlebih-lebihan itu tidak baik, walaupun alasannya "hanya sekali seumur hidup".
Sebenarnya masalah pernikahan itu sederhana. Cukup wali, saksi, ijab dan kabul. Selesai. Soal mahar, bahkan sepasang sendal bisa menjadi mahar. Walimahan pun bisa dihidangkan dengan sederhana. Kalau dalam hadist Rasulullah, dengan kambing. Sederhana sebenarnya, hanya terkadang kitalah yang membuat rumit.
Ane ga kebayang berapa lama harus nunggu buat bisa sah jadi pasangan jika memikirkan itu semua. Sewa gedung, catering, EO, dekorasi yang "wah", make up, mungkin akan panjang jika diteruskan. Kalau kedua calon udah sreg, masa menunggu ini mungkin bisa bikin tersiksa dan stress sendiri. Melihat harga-harga tersebut saja sudah bikin pusing.
Itu yang membuat Ane setuju sama ibu Ane. Benar, acara mewah seperti itu ribet (dan boros). Kalau kata ibu Ane, kalau mau nikah ya tempatnya tinggal sewa masjid atau di rumah saja sekalian. Nanti pihak keluarga yang jadi juru kamera dan EO, lebih hemat. Atau kalau misal punya teman yang bikin EO, sewa aja. Kali bIsa nego dengan harga murah :v
Intinya, seperti pepatah yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, maka jadikan prilaku dan keputusan Anda berada di tengah-tengah. Tak lebih, tak kurang.