image-logo
Sebuah kenyataan yang tidak dapat dibantah : manusia tidak dapat melakukan semua hal yang ia inginkan dalam hidupnya.
post
/post/prioritas/
Prioritas

Prioritas

Setiap manusia memiliki jumlah waktu yang sama.

24 jam dalam 1 hari. 7 hari dalam 1 minggu.

Untuk beberapa orang, waktu tersebut dapat dikatakan kurang. Ada juga yang merasa waktu tersebut luang, cukup luang untuk melakukan banyak hal. Tergantung perspektif tiap orang.

Dalam 24 jam, sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan : tidur, makan, belajar, kerja, jalan-jalan, refreshing, ibadah, dan lain sebagainya. Tergantung orangnya mau ngapain juga, salto dari senayan ke ancol seharian juga bisa.

Tapi, sebanyak apapun waktu yang seseorang miliki, sepintar apapun seseorang memanajemen waktunya, tidak semua hal dalam kehidupan yang diinginkan, bisa dilaksanakan.

Begitulah kenyataannya.

Kenapa tidak bisa? karena keinginan tidak ada habisnya, namun waktu pasti habis.

Tidak hanya waktu, energi seseorang juga terbatas. bisa penuh, dan bisa juga lelah sehingga perlu istirahat. Mungkin bisa saja seseorang overworked dan mengurangi waktu tidur (bahkan tidak tidur) untuk mengerjakan banyak hal, tapi jujur saja sih, pasti ada masa-masa saat seseorang akan lelah karena terlalu memaksakan dirinya sendiri. Alhasil, bukannya makin baik hal yang dilakukannya, namun malah stagnan atau makin menurun kualitasnya.

Karena itulah, prioritas itu perlu.

Pemikiran jangka panjang itu perlu, itulah yang ane pelajari saat menjadi dewasa.

mengatur prioritas bukan berarti harus mengorbankan kesenangan pribadi atau benar-benar melakukan sesuatu tanpa memikirkan diri sendiri. Dengan prioritas, seseorang bisa tahu mana yang penting untuk dirinya dan mana yang bisa dia abaikan. Jika seseorang tahu apa yang penting untuk dirinya, energi yang ia kerahkan akan lebih terarah dan tidak banyak terbuang sehingga lebih efisien. Ditambah, seorang akan dapat memilah tindakannya di kemudian hari agar tidak sia-sia.

Karena yang terpenting bukanlah kuantitas, namun kualitas. Bukan banyaknya energi dan waktu yang terpenting, tetapi efektifitas dan efisiensi seseorang melakukan sesuatu yang penting untuknya.

Mungkin akan terasa kurang, sehingga seseorang akan mencoba menambah daftar prioritasnya. Kenyataannya, terkadang kurang itu bukan dirasa karena memang masih kurang, tetapi karena tidak berusaha untuk mengatakan "cukup" ke diri sendiri.

Lagipula, kuncinya adalah keberkahan kan? untuk apa -katakanlah, mengejar harta dan tahta dunia dengan kerja tanpa henti, tetapi di hari akhir harta dan tahta tersebut tidak memberi manfaat untuk orang tersebut. Jangankan saat hari akhir, saat masih hidup saja rasanya hati tidak bahagia, hidup tidak terasa damai.

bahkan di saat perang atau dunia hancur pun, kita bisa saja menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Jika kita sudah memiliki rezeki dan nikmat tetapi tidak dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan, maka ada sesuatu yang salah dengan kita.

Mungkin hati kita kurang bersyukur, atau yang kita terima atau lakukan tidak memiliki atau kurang berkah. Wallahu a'lam.

Penulis: Riza Kariza