(Lanjutan dari artikel Fintech dan Judol, dengan mengupas lebih jauh soal rezeki.
Dalam suatu hadist dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ ....
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya....” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)
Di situ ditulis kalau rezeki tiap orang sudah ditentukan, namun apa rezeki itu? Uang? Properti? Harta?
Pada dasarnya, rezeki tidak hanya berupa materiil, tetapi segala hal yang bermanfaat untuk kita. Contoh: Kesehatan, ilmu, jodoh, anak, karir/pekerjaan, dan lain-lain. Umumnya rezeki dibagi menjadi 2 jenis: Rezeki zahir, atau rezeki yang bermanfaat untuk tubuh (kesehatan), dan rezeki batin, yang bermanfaat untuk jiwa (ketenangan batin).
Dan semuanya sudah ditentukan, bahkan saat kita masih di dalam rahim. Lalu kenapa kita masih khawatir akan rezeki kita? Allah kan Maha Kaya, dan Maha Pemberi Rezeki.
Kalau khawatir, inget: Rezeki nggak akan kemana.
Dan tugas kita, sebagai manusia, hanyalah berusaha. Ikhtiar dan berusaha meraih rezeki tersebut, do'a, dan tawakal bahwa kita akan mendapat rezeki yang kita butuhkan.
Terkadang, selain berusaha, ada juga rezeki yang akan datang sendiri, tanpa kita berusahapun. Misal pengalaman pribadiku, aku sedang haus saat jalan kaki jauh, dan tidak bawa minum. Lalu kulihat di depan mataku ada tap water untuk aku minum. Seperti itu contohnya.
Tidak terbatas pada rezeki materiil, ada juga rezeki batin. Contoh nyata lagi, saat aku sedang bingung dan gundah akan suatu hal, sangat pas sekali aku melihat sebuah ceramah yang menjawab kegundahan yang aku alami. Dan momennya itu sangat pas.
Dan perlu diingat, bahwa Allah akan menjawab do'a kita; pasti. Ada 3 kemungkinan: Langsung dijawab, ditunda hingga waktu terbaik, atau diganti dengan hal lain yang lebih baik. Dan Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk Hamba-Nya.
Pasti ada sih, saat-saat kita sebagai manusia merasa lemah, khawatir, dan takut. Apalagi untuk rezeki yang tidak terlihat langsung (misal jodoh). Terutama kalau misal saat berusaha tersebut, kita ditimpa kegagalan terus-menerus. Ketika jiwa rasanya ingin menyerah, dan berputus asa, ingatlah bahwa rezeki tidak akan tertukar, dan di balik ketidakpastian tersebut, Allah sudah menyiapkan yang terbaik untuk kita. Rezeki tidak akan tertukar.
Pada akhirnya, Allah tergantung Prasangka Hamba-Nya. kalau misal kita sabar dan husnuzhan pada Allah, serta mensyukuri bahwa rezeki tersebut berasal dari Allah, maka Allah akan membalas dengan rezeki yang terbaik juga, bahkan lebih. Namun, jika kita khianat dan menganggap rezeki tersebut dari usaha kita sendiri -bukan dari Allah, maka kita hanya akan mendapatkan apa yang kita usahakan, tanpa lebih.
Akhir kata, semoga kita ingat dan selalu bersyukur atas rezeki yang kita dapatkan dari Allah, sesedikit apapun itu.