Terkadang ane mikir, berapa banyak hal yang dilakukan lebih banyak dilihat dari kuantitasnya, dan dijadikan sekedar rutinitas?
Contoh, rutin tiap hari ngaji, sedekah, sholat sunnah. Sebenernya rutin itu bagus, tetapi ane terkadang merasa ada satu flaw jika rutinitas dilaksanakan secara terus-menerus : rutinitas itu hanya akan berbekas menjadi rutinitas saja, tidak lebih.
Misal gini, awalnya seseorang (sebut saja Bebeb) ingin merutinkan ngaji dengan niat dapet pahala banyak dengan banyaknya jumlah halaman al-qur'an yang ia baca. Setelah susah payah, akhirnya ia dapat rutin mengaji sehari 1 juz. Entah gimanapun caranya, rasanya kalo sehari satu juz aja nggak dibaca, ada yang kurang gitu rasanya.
Dari luar jadinya bagus, tapi pada akhirnya, semua kembali ke dirinya sendiri. Apakah si bebeb ini niatnya masih tetap sama seperti di awal, ataukah ia melakukannya dengan rasa hampa? Sehingga walaupun Ia mengaji setiap hari, ia tidak merasakan manisnya beribadah pun mendapatkan manfaat lainnya. Hingga akhirnya berujung hanya menjadikan ibadahnya sebagai rutinitas dan pemenuh buku amalan yaumiyyah.
Sayang kan? Padahal Allah akan melipatgandakan kebaikan yang dilakukan dari 1 hingga 700 ribu kali. Tetapi karena ada flaw di rutinitasnya, pahalanya tidak sampai dikalilipatkan 700 ribu. Bahkan, bisa jadi amalannya tidak diterima. Naudzubillah.
Kenapa?
Allah bilang, Ia HANYA menerima ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Jika seseorang bertaqwa dan ia beramal walau hanya sedekah 100 rupiah, maka allah akan melipatgandakannya hingga bercabang-cabang.
Para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga dulu rutin melakukan ibadah sunnah, tilawah, sholat malam, tetapi mereka juga tetap memerhatikan kualitas ibadah mereka. Mereka selalu berharap agar ibadahnya diterima oleh Allah pun agar Allah meridhai mereka. Selain itu, mereka juga bersemangat untuk mempelajari ilmu agama, sehingga bertambahlah ketaqwaan dan keimanan mereka.
Mungkin itu flaw yang bisa ane bilang dari rutinitas ibadah yang ada sekarang. Karena jika ane perhatikan di banyak pembahasan agama, jika sudah dapat rutin ibadahnya, maka ilmu mengenai ibadah, tauhid/keimanan, dan ketaqwaan tidak akan dibahas lagi. Dan sesuatu yang tidak dibahas lagi, suatu saat dapat terlupakan.
Sering-sering muhasabah diri dan evaluasi ibadah kita. Bukan dari banyak-sedikitnya, tetapi dari niat dan kualitasnya.
Nb. Beberapa isinya terinspirasi dari video singkat Ustadz Ahmad Zainudin di channel youtube yufid TV, tetapi jika misal ada yang salah, mohon dikoreksi karena itu kesalahan dari saya pribadi