berbeda dengan melakukan kemaksiatan, setan lebih menyenangi jika umat islam mengetahui kebid'ahan. jika ia mengetahui bahwa maksiat itu merupakan perkara dosa dan kemudian merasa bersalah, maka pelaku bid'ah tidak menyadari itu, merasa benar akan perbuatannya, dan makin tenggelam dalam perkara yang salah tersebut.
Ia merupakan salahsatu hal yang paling sering ditentang orang. Perkara pokok agama, yang sudah menjadi banyak bahasan orang-orang. Ada yang memahami bahwa ini tidak boleh untuk kemudian menghindarinya, tetapi tak sedikit juga yang mengatakan ini boleh selama baik.
(Sekedar informasi, bid'ah yang ane bahas disini adalah bid'ah seputar perkara agama saja. tidak lebih, tidak kurang.)
Pada dasarnya, ada 2 perkara inti dalam fiqih islam :
- Semua perkara ibadah adalah haram hingga ada dalil yang menghalalkannya, dan;
- Semua perkara muamalah atau adat adalah halal hingga ada dalil yang mengharamkannya.
maka kembali ke kaidah pertama di atas, bid'ah adalah perkara agama yang dilakukan dan ditetapkan tanpa ada dalil yang mendukungnya. Sekali lagi, dalam hal agama, bukan adat. Maka bid'ah yang dimaksud disini tidak berlaku dalam perkara muamalah atau adat, seperti dalam kaidah kedua. jadi yang mengatakan kalau pesawat adalah bid'ah, handphone adalah bid'ah, mobil adalah bid'ah, maka benar itu bid'ah, tetapi bukan bid'ah dalam agama yang dilarang. makin kurang tepat jika alasan-alasan tersebut dijadikan sebab untuk membolehkan bid'ah dalam hal agama selama itu baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”.
[Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak”.
Dan dalam riwayat lain disebutkan :
“Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak”.
Perlu digarisbawahi bahwa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah setiap bid'ah adalah sesat, baik itu baik maupun buruk. Maka kalau ada yang mengatakan bid'ah boleh selama baik atau membedakan antara bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah, maka ia menyelisihi perkataan rasulullah tersebut.
Contoh bid'ah dalam agama itu seperti :
- melakukan ibadah yang dibakukan/dimutlakkan tanpa dalil yang mendukung, seperti perayaan maulid nabi, penetapan do'a robithoh sebagai do'a pengikat ukhuwah, dan pengucapan niat dalam sholat atau puasa;
- melakukan ibadah yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, tetapi dikhususkan di waktu tertentu, seperti mengkhususkan membaca surat ali-imran ayat 26-27 dan do'a tahiyyat sebagai dzikir pagi-petang, padahal tidak ada hadist yang mendukungnya.
- Ibadah yang didasarkan hadist dho'if/maudhu', seperti yasinan.
Perkara bid'ah ini sangatlah penting mengingat efek negatif yang ditimbulkannya. karena orang yang melakukannya tidak akan diterima Allah amalan bid'ahnya tersebut, sekalipun yang melakukannya mengatakan bahwa hal tersebut baik. Selain itu, merutinkan amalan bid'ah juga dapat membuat orang yang melakukannya jauh dari amalan sunnah karena sudah nyaman dengan amalan bid'ahnya, bahkan hingga menentang orang yang menasihati mengenai kebid'ahan. dan yang paling parah, mereka kelak akan dilarang minum di telaga al-kautsar di surga.
Kaum-kaum terdahulu juga banyak yang melakukan kebid'ahan (yang bahkan mengantarkan ke arah kesyirikan) karena terlalu mengagungkan ulama-ulama dan orang berilmu di antara mereka. Seperti kisah kesyirikan pertama yang terjadi karena pembuatan patung orang-orang berilmu di antara mereka, atau kisah kesyirikan pertama di makkah, atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan umat terdahulu, tanpa mencari tahu apakah itu benar atau salah.
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya,
“Mereka jadikan orang-orang alim dan rahib-rahib (pendeta-pendeta) mereka sebagai Tuhan selain Alloh.” (At Taubah: 31)
Ketika mendengar ayat ini dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu yang dulu beragama nasrani berkata, “Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”. Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bukankah mereka mengharamkan yang Alloh halalkan kemudian kalian ikut mengharamkannya, dan mereka menghalalkan yang Alloh haramkan kemudian kalian ikut menghalalkannya?” Kemudian sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu menjawab, “Ya!” Rosululloh berkata, “Itulah bentuk peribadatan kalian kepada mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
“Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr” (QS. Nuh: 23).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka meninggal, syetan membisikkan kepada kaumnya, ‘Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang keshalihan mereka), kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka’. Maka kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan telah hilang ilmu, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya” (Diriwayatkan oleh Bukhari, hadist no.4920).
Bukankah sedih jika sudah bersusah payah melakukan hal yang kita anggap baik, ternyata malah ditolak atau bahkan mendapatkan dosa?
Maka ketika ingin beramal, perhatikanlah ketiga rumus ini :
- Apakah Rasulullah mampu mengerjakan amalan tersebut atau tidak?
- Apakah Rasulullah melewati momen atau waktu saat ibadah tersebut dilakukan atau tidak?
- Apakah ada khabar yang shahih bahwa Rasulullah melakukannya atau tidak?
Jika ketiganya jawabannya tidak, maka amalan tersebut termasuk bid'ah.
Semoga kita dapat terhindar dari amalan yang buruk ini.
nb. berikut link-link bacaan soal bid'ah :
- https://almanhaj.or.id/439-pengertian-bidah-macam-macam-bidah-dan-hukum-hukumnya.html
- https://muslim.or.id/388-mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html
- https://muslim.or.id/27140-rumus-bidah-1.html
- https://muslim.or.id/7411-melampaui-batas-dalam-mengagungkan-orang-shalih.html
- https://rumaysho.com/13161-mereka-yang-terhalang-minum-dari-telaga-al-kautsar.html
- https://muslim.or.id/229-menjadikan-kyai-sebagai-sesembahan-selain-allah.html
- https://almanhaj.or.id/3862-jangan-taati-ulama-dalam-hal-maksiat.html
- https://rumaysho.com/15022-bidah-yang-paling-parah.html
- https://rumaysho.com/2387-beda-bidah-hasanah-dan-bidah-sayyiah.html
- https://muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-bidah.html
- https://almanhaj.or.id/539-beberapa-contoh-bidah-masa-kini.html