image-logo
kisah pilu hidangan di acara-acara (iyakah pilu?).
stories
/stories/pangan-resepsi/
Pangan Resepsi

Pangan Resepsi

Aku ingin bercerita kepadamu mengenai diriku.

Aku adalah sesuatu yang memiliki banyak sebutan. Kalian biasa menyebutku makanan, pangan, food, dan lain-lain. Sepertinya banyak sebutan untukku, tetapi aku tidak tahu terlalu banyak mengenai itu. Aku memiliki satu tugas mulia : memenuhi isi perut pemakanku. Hewan, manusia, atau jin, tugasku hanya itu saja.

Kau bertanya apakah aku sedih? Justru aku senang ketika diriku masuk melalui mulut kalian, kemudian pencernaan kalian mengubah diriku menjadi energi untuk kalian bekerja. Aku sangat senang atas kebermanfaatan diriku.

Satu saat, manusia-manusia tersebut membawaku ke suatu tempat. Ruangan tersebut sungguh menawan. Banyak manusia yang datang dengan pakaian yang sangat indah, terutama manusia-manusia yang terpisah dari kerumunan. Baju mereka lebih indah dibandingkan kerumunan manusia lainnya, ditambah wajah bahagia yang menambah keelokan mereka. Manusia-manusia yang lainnya mengantri untuk menuju manusia indah tersebut. Kemudian bersalaman, bercakap-cakap, kemudia berfoto ria. Tidak sedikit pula manusia tersebut mengantri untuk mengambil aku dan kawan-kawanku yang sangat banyak. Aku bersemangat. Syukur, aku dapat memberi manfaat untuk manusia-manusia ini, pikirku.

Sambil menikmatiku, Manusia tersebut berbicara dengan sesamanya. Mereka bercengkrama dengan asik. Akupun menunggu giliranku masuk ke dalam perutnya. Aku hanya senyum sumringah karena setelah ini adalah giliranku. Tetapi, hei! Manusia tersebut membalikkan sendoknya, kemudian Ia menaruh piring yang masih terdapat diriku dan beberapa teman-temanku ke lantai di pinggir meja.

Ada apa ini? Pikirku bingung. Teman-teman di sampingku juga kebingungan. Kenapa manusia tersebut tidak memakan kami? Kenapa kemudian kami dibiarkan tanpa dimakan? Dan setelah aku diletakkan di lantai, aku baru menyadari, banyak teman-temanku yang juga bernasib sama denganku.

Disini, aku hanya bisa memerhatikan saja. Manusia-manusia tersebut tidak ada yang mau mengambil atau memakanku lagi. Hatiku sesak. Jika bisa, aku ingin menangis. Mengeluarkan kesedihanku karena ditelantarkan.

Seiring waktu berlalu, jumlah manusia-manusia tersebut makin berkurang. Manusia yang berada terpisah tersebut sudah turun dari tempatnya. Dekorasi pada ruangan ini mulai dibereskan. Kulihat juga, beberapa teman-temanku yang bernasib sama dibawa oleh beberapa orang, kemudian dibuang ke tempat sampah.

Tiba giliranku, piringku diangkat oleh petugas pembersih. Sepertinya ini akhirnya, pikirku.

Penulis: Riza Kariza