Tulisan kedua dari percobaan vakum ane selama bulan Maret 2020.
- Vakum mencatat keuangan,
- Vakum mencatat to-do list,
- Vakum informasi.
Vakum to-do list yang ane lakukan adalah, tidak membuat catatan yang berisi daftar kerjaan yang harus ane kerjakan. Jadi daftar kerjaan kantor, daftar kerjaan personal, project, yada-yada. semuanya kudu diingat atau langsung laksanakan.
Untuk vakum to-do list ini sendiri, sebenarnya bukan salah to-do list-nya sendiri. Ane hanya ingin mencari tahu cara agar ane pribadi bisa lebih produktif, baiknya bagaimana. Masa-masa produktif ane adalah saat awal kuliah dan masa SMA, dan kedua masa tersebut ane tidak memakai to-do list sama sekali. Karena itulah, ane ingin coba vakum. Ane mencoba mengingat kembali masa-masa dulu sebelum ada to-do list, apa rahasianya agar ane jadi produktif.
Menjalani satu bulan tanpa to-do list ternyata lebih mudah daripada bayangan ane. Ane hanya tinggal mengerjakan hal yang harus ane lakukan di saat itu juga, karena kalau tidak dilakukan, khawatirnya lupa. Sama juga untuk proyek personal, pas ada ide langsung saja ane lakukan. Hasilnya, ane jadi lebih produktif.
Hanya saja, itu cuma bisa ane lakukan untuk proyek pribadi. Untuk kerjaan kantor sendiri, ane tidak bisa lepas dari planning dan to-do list karena terlalu banyak kerjaan kantor serta step by step yang harus dilakukan. Untuk kerjaan kantor sendiri, ane biasa memecah daftar kerjaan yang harus dilakukan dan dibuat langkah-langkahnya. Kalau misal ane tidak catat, risikonya ane sendiri yang pusing karena akan merasa kelabakan dengan kerjaan yang belum selesai dan kebingungan karena tidak tahu kerjaannya harus mulai dari mana dan sudah sampai mana.
Untuk urusan personal pun, jujur ada satu waktu ane kewalahan karena tidak ada reminder harus melakukan apa, jadi semuanya diingat di kepala. akhirnya di tengah jalan ane langgar dengan mencatat reminder saja. Yah memang sih ini tidak termasuk langgaran, tapi tetap saja...
Dan akhirnya 1 bulan berjalan, dan vakumnya selesai.
Dari pengalaman ane ini, sepertinya ane jadi tahu trik yang membuat ane dulu SMA lebih produktif : kalau ada ide, langsung dikerjakan. karena ide dan kreatifitas itu paling bagus kalau dikerjakan fresh from oven. Dengan tidak memakai to-do list, ane jadi mulai secara perlahan untuk langsung mengerjakan ide lebih dulu dibandingkan menunda-nundanya.
Tapi ini bukan salah to-do listnya sendiri sih, atau to-do list nggak cocok sama ane. Sebaliknya, ane cocok pake to-do list karena trik ane dalam mengerjakan proyek itu dengan memecah langkah proyeknya secara step by step sehingga terlihat lebih kecil dan mudah digarap.
Yang salah dari cara ane memakai to-do list-nya adalah, ane menjadikan to-do list sebagai penampungan yang hanya dicatat saja, tetapi tidak dikerjakan. Kalau hanya ditampung, yang ada catatan tersebut akan menjadi basi dan ujungnya tidak jadi dikerjakan.
Yah kira-kira begitu sih, mungkin ada cara lain yang lebih efisien, tapi buat sekarang itu cara yg lebih efisien buat ane.